PEKANBARU – Jelang pendaftaran calon wali kota dan wakil wali kota Pekanbaru, nama Ida Yulita Susanti terus menjadi buah bibir warga kota. Baik di media sosial maupun online, kehadirannya selalu jadi pembicaraan.
Tidak saja bakal melengkapi bacalon yang sudah ada, politisi perempuan dari Partai Golkar ini bahkan disebut-sebut salah satu calon kuat pada kontestan pilwako 27 November mendatang.
Sebagai politisi, nama Ida Yulita Susanti memang tidak asing lagi bagi Warga Kota Pekanbaru. Sejak tahun 2014, Ida tercatat sebagai anggota DPRD Pekanbaru dari Fraksi Golkar. Ida juga aktif diberbagai organisasi sosial dan kemasyarakatan. Saat ini ia tercatat sebagai ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Kota Pekanbaru. Karena keaktifan dan jasanya, Ida dianugerahi penghargaan sebagai tokoh penggerak UMKM Riau.
Melihat kondisi Kota Pekanbaru yang saat ini masih kurang tertata, di mana soal parkir, macet, banjir dan jalan rusak jadi persoalan utama, sosok tegas dan berpengalaman seperti Ida diyakini mampu mencarikan solusi atas persoalan tersebut.
Sosok Ida memang dikenal “garang” dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat. Di dewan, suara lantangnya sudah biasa terdengar, terutama ketika hak-hak masyarakat kecil terabaikan.
Karena itu kans untuk memenangkan hati pemilih terbuka lebar. Asumsi bahwa perempuan lebih mampu menata kehidupan kota menjadi lebih indah, bersih dan harmoni bagi warganya sangat pas dengan sosok Ida.
Pakar Komunikasi Universitas Riau Dr. Welly Wirman, M.Si. berpandangan, di zaman modern ini kepemimpinan perempuan tidak lagi tabu, dan tidak kalah hebat dari laki-laki. Bahkan dalam hal tertentu, pemimpin perempuan mampu melihat persoalan lebih detail sehingga keputusan yang dibuat lebih dekat dengan solusi yang dibutuhkan.
“Soal kepimpinan perempuan di masa sekarang rasanya bukan lagi sesuatu yang perlu menjadi dikotomi. Kita melihat banyak kepala daerah perempuan yang sukses membangun daerahnya. Semestinya kita tidak lagi melihat kepemimpinan dari sudut gender. Tetapi dari kemampuan dan rekam jejak. Bahkan dalam situasi tertentu kepemimpinan perempuan bisa lebih unggul dari kepemimpinan laki-laki,” ujar Dr. Welly ketika dihubungi via telepon.
Secara kalkulasi politik, peluang Ida memenangkan Pilwako Pekanbaru cukup besar. Selain dari popularitas yang cukup signifikan, banyak isu yang dibawa untuk menarik simpati pemilih. Salah satu yang menarik adalah dipilihnya Dr. Taufik Arrakhman, S.H., M.H. sebagai wakil wali kota.
Menurut Ida, menjatuhkan pilihan berpasangan dengan Taufik Arrakhman sudah melewati banyak diskusi dan pertimbangan.
“Saya sudah lama tahu tentang Pak Taufik. Beliau adalah orang yang memiliki visi dan selalu mampu bersikap positif dalam situasi sulit. Beberapa waktu terakhir kami sering bertukar pikiran tentang Kota Pekanbaru. Akhirnya, kami sepakat untuk jalan bersama, mengambil tanggung jawab menata kota ini,” jawab Ida ketika ditanya alasan memilih mantan anggota DPRD Riau tersebut sebagai wakil.
Ida sendiri berharap bisa bergandengan tangan bersama masyarakat membangun dan menata kota ini, menuju sebuah kota yang selaras secara fisik dan spiritual.
(red/zp/iniriau)